Tanjung Nibung, Bangka Barat — Dalam hitungan menit, seluruh hidup seorang petani 58 tahun bernama H. Al Huda alias H. Ida runtuh menjadi abu. Kebakaran yang terjadi pada Selasa (25/11/2025) sekitar pukul 02.00 WIB di Kampung Tanjung Nibung, Dusun Pancur, Desa Tanjung Niur, Kecamatan Tempilang, tak meninggalkan apa pun selain puing hitam dan luka batin yang jauh lebih besar daripada kerugian materinya yang diperkirakan mencapai Rp 1 miliar.
Api baru berhasil dipadamkan warga sekitar pukul 03.30 WIB, namun kondisi rumah dan warung milik korban sudah tak bisa diselamatkan lagi, habis total bersama barang dagangan, dua sepeda motor, uang tunai Rp 200 juta, dan dokumen penting termasuk surat tanah serta surat kendaraan.
Menurut keterangan korban, ia dan istrinya sedang tidur ketika istrinya mencium bau asap yang tiba-tiba memenuhi rumah. Ketika bangun dan keluar kamar, H. Ida menemukan kobaran api di atas meja warung. KWH listrik yang terjatuh tampak terbakar dan memercikkan arus listrik, diduga menjadi sumber penyulut awal kebakaran.
Dalam kondisi panik, ia mencoba memadamkan api. Namun api bergerak lebih cepat daripada naluri manusia yang baru terbangun. Sementara itu, sang istri berlari keluar meminta pertolongan warga, lalu kembali masuk demi menarik suaminya keluar dari kobaran yang mulai menguasai ruangan.
Detik-detik itu menjadi garis tipis antara hidup dan mati.
Mendengar teriakan minta tolong, warga berdatangan dengan peralatan seadanya: ember, selang, air tandon. Mereka bergantian memadamkan api, namun kayu rumah yang sudah lama dan angin dini hari justru membuat api membesar.
Sekitar satu jam lebih warga berjuang, hingga akhirnya api padam. Tetapi rumah itu telah rata dengan tanah.
Hanya abu yang tersisa. Hanya keheningan yang tertinggal.
Kebakaran tersebut menghanguskan:
Rumah tinggal
Warung dan seluruh barang dagangan
2 unit motor Honda Vario
Tas berisi uang tunai Rp200 juta
Surat tanah
Surat kendaraan R2, R4, dan R6
Kerugian ditaksir mencapai Rp 1 miliar, namun bagi korban, yang hilang lebih dari sekadar angka.
Rumah yang selama ini menjadi tempat berteduh, tempat keluarga menjalani hari, tempat mereka membangun hidup dari peluh sebagai petani kini hilang dalam satu malam.
Tak ada sirene mobil pemadam, tak ada alat modern. Yang ada hanyalah warga kampung yang saling membantu, tangan-tangan yang tetap berjuang meski kalah oleh api.
Di balik tragedi ini, terlihat jelas satu hal: betapa rapuhnya kehidupan manusia, betapa cepatnya segalanya bisa hilang, dan betapa satu-satunya yang tersisa saat semuanya musnah hanyalah solidaritas.
H. Ida selamat. Istrinya selamat. Tapi rumah, kerja keras, dan kenangan yang dibangun selama bertahun-tahun hilang dengan cara paling menyakitkan: terbakar tanpa sempat diselamatkan.
Dan di kampung kecil itu, hanya satu pertanyaan yang masih menggantung hingga pagi datang:
Bagaimana seseorang memulai lagi saat seluruh hidupnya berubah menjadi abu dalam semalam?
Tags:
Berita


