DP3AP2KB Bangka Barat Ambil Langkah Cepat Terkait Dugaan Percobaan Penculikan Anak di Mentok



Mentok, Bangka Barat — Pemerintah Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3AP2KB) bergerak cepat menindaklanjuti dugaan percobaan penculikan seorang siswa sekolah dasar di Mentok, Selasa (18/11/2025). Insiden yang melibatkan dua pria tak dikenal dengan mobil hitam itu memicu keresahan publik dan meningkatkan kewaspadaan di berbagai sekolah.

Kepala DP3AP2KB Bangka Barat, Sarbudiono, S.Pd, mengatakan pihaknya langsung melakukan komunikasi dengan puluhan sekolah sejak laporan diterima. “Kami terkejut, tapi tidak boleh panik. Langkah pertama adalah memastikan sekolah meningkatkan penjagaan di gerbang dan memastikan anak tidak sendirian sebelum dijemput,” ujarnya.

Menurut Sarbudiono, keamanan anak bukan beban satu pihak. Ia menegaskan bahwa orang tua, sekolah, dan pemerintah memiliki peran yang setara. “Kalau terlambat menjemput, orang tua wajib menghubungi sekolah. Ini disiplin bersama,” katanya.

DP3AP2KB juga merujuk literatur KPAI dan UNICEF yang menyebut bahwa pelaku penculikan sering menggunakan bujuk rayu dan imbalan kecil untuk mendekati anak. Pola itu dinilai relevan dengan insiden di Mentok. “Taktik ini klasik tapi efektif. Karena itu anak harus diajarkan menolak pemberian dari orang asing dan menjauh ketika ada gelagat mencurigakan,” jelasnya.

Menjawab aspirasi warga soal keamanan jangka panjang, DP3AP2KB tengah mempertimbangkan penyusunan modul kurikulum perlindungan anak. Namun Sarbudiono mengingatkan bahwa proses ini memerlukan koordinasi luas dengan dinas lain dan para ahli. “Ini bukan pekerjaan instan. Kita harus memastikan model yang dipakai tepat dan bisa diterapkan,” katanya.

Desakan masyarakat agar pemerintah menambah CCTV, lampu jalan, dan pos pengawasan juga mendapat sambutan positif. Namun Sarbudiono menekankan bahwa teknologi hanya alat, bukan pengganti pengawasan keluarga. “Benteng pertama tetap di rumah. Anak harus dipantau, diberi pemahaman, dan tidak dibiarkan berinteraksi sembarangan,” ujarnya.

Dalam kasus ini, DP3AP2KB telah berkoordinasi dengan Polres Bangka Barat dan Polsek Mentok, termasuk komunikasi dengan unit PPA untuk memantau penyelidikan mobil hitam yang diduga digunakan pelaku. “Kami berharap temuan segera diungkap untuk menenangkan publik,” tegasnya.

Sementara itu, rasa cemas terus menyelimuti Mentok. Guru-guru kini lebih lama berjaga di gerbang sekolah, orang tua menggenggam tangan anak mereka lebih erat, dan warga saling memperhatikan lingkungan dengan intensitas baru. Kota yang biasanya tenang mendadak seperti menahan napas.

Dalam suasana ini, pesan perlindungan anak tidak lagi sekadar imbauan administratif. Ia menjadi semacam janji sosial: bahwa keselamatan seorang anak adalah keselamatan sebuah kota. Sarbudiono menutup dengan penegasan bahwa pemerintah tidak berdiri sendirian.

“Perlindungan anak adalah kerja bersama. Pemerintah hadir, sekolah bersiaga, dan masyarakat saling menjaga. Setiap anak yang pulang dengan selamat adalah harapan yang tidak boleh dicuri oleh siapa pun,” katanya.

Insiden ini kini menjadi pengingat bagi Mentok bahwa keamanan anak bukan retorika, melainkan tugas yang harus dijaga setiap hari di rumah, di sekolah, dan di seluruh sudut kota
Baca Juga
Baca Juga
Lebih baru Lebih lama